Selasa, 09 April 2013

Gajah dipelupuk mata, Perbaikilah !



Anneyong readers,, kayfa haaluk nich ? lama kagak jumpa... btw, tinggal hitungan hari LJP FUM Makassar yang ke-7 bakalan diselenggarakan. Disamping sibuk nyebar undangan untuk semua warga FUM beserta para alumni dan anak sekolah binaan, Sahlah nyempetin waktu buat ngeposting tuisan ini. Takutnya dalam jangka waktu yang agak lama Sahlah enggak bisa buat postingan-postingan dulu dikarenakan kesibukan Study kefarmasian, kerjaan dan terlebih lagi Kerja-kerja Dakwah. Terkadang Sahlah mau teriak saking pusingnya yang mana mau didahulukan...( kok jadi curhat,,).

Ohy, kali ini Sahlah bakalan mostingin tentang AIB diri kita sendiri. Pastinya no body perfect in the world dong... setiap orang punya kejelekan dan kebaikan atau plus minus tersendiri. Ada sebuah ungkapan orang yang beruntung adalah orang yang harinya(hari ini) lebih baik daripada harinya (kemarin), setiap orang menginginkan perbaikan dari dirinya menuju keseseorang yang lebih baik. Mau menjadi manusia yang beruntung ? maka dari itu langkah pertama ketahuilah aib diri kita sendiri... langsung aja yach,, yuk mari ngebaca,, selamat menikmati dan semoga bermanfaat!


Barangsiapa ingin mengetahui aib dirinya sendiri, maka hendaknya ia mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Hendaknya mencari teman yang jujur, berilmu, beragama kuat kemudian mengangkatnya sebagai pengawas atas dirinya. Umar pernah berkata: “Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati seseorang yang  menunjukkan aibku kepadaku.” Atas hal ini, Dawud at-Tha`i meninggalkan manusia, maka dikatakan kepadanya: “Mengapa anda tidak bercampur dengan manusia?” Dia menjawab: “Dan apa yang harus saya kerjakan dengan suatu kaum yang menyembunyikan aibku dari diriku.”(
http://sahlahalhudzaifah.blogspot.com)

2. Hendaknya dia bercampur  dan bergaul dengan manusia. Maka apa saja yang dipandang tercela oleh manusia harus ia tinggalkan. Sebagian ulama mengatakan: “Seandainya semua manusia meninggalkan apa-apa yang tidak disukai oleh orang lain, maka mereka tidak akan membutuhkan seorang pendidik.
3. Hendaknya mengambil manfaat dari lisan-lisan musuhnya untuk mengetahui aib dirinya. Boleh jadi manusia akan lebih banyak mengambil manfaat dari musuh yang dibencinya dari pada dari teman yang bersikap menjilat, memuji atasnya dan menyembunyikan aibnya.
Dan yang terakhir, ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala jika mengehendaki kebaikan bagi hamba-Nya, dia perlihatkan kepadanya aib dirinya. Maka jika dia telah mengetahui aib dirinya, sangat mungkin baginya untuk menyembuhkannya.
Semoga kita dapat menyembuhkan aib kita dan menyempurnakan diri kita.
Sumber : www.Qiblati.com dengan berbagai penambahan oleh admin.

Tidak ada komentar:

”"