Selasa, 09 April 2013

Laporan Pembuatan Larutan Baku



BAB I                                          
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran.
Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat).
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.


B.   Maksud Percobaan
Membuat Larutan Baku dengan konsentrasi tertentu.

C.   Tujuan Percobaan
·         Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi tertentu.
·         Untuk membuat larutan baku dari zat cair dengan konsentrasi tertentu.

D.   Prinsip Percobaan
Penimbangan dan pengukuran suatu zat untuk membuat suatu larutan dari zat tersebut dengan konsentrasi sedemikian rupa sampai proses homogen.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
a.    Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain pelarut digunakan air suling (Farmakope Indonesia edisi III).
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut (Zinu Anwar,2009).
        Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati (Anshary Isfar, 2002).
        Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (Anshary Isfar, 2002).

b.    Komponen Larutan
          Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (Karyadi Benny, 2010).
c.    Jenis-Jenis Larutan
·         Gas dalam gas – seluruh campuran gas
·         Gas dalam cairan – oksigen dalam air
·         Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
·         Padatan dalam cairan – gula dalam air
·         Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
·         Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
·         Padatan dalam padatan – alloys
d.    Kosentrasi Larutan
          Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat rendah.
          Banyak cara untuk memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut (Petrucci, 2001) :
a.    Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b.    Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.
c.    Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
Kosentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
a.    Persen Volum
          Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan, misalnya : Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
b.    Persen Massa
          Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya : Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup  terdapat 80 gram gula.
c.    Molaritas
          Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut yang terkandung dalam suatu larutan molaritas (M) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu diketahui.


d.    Molalitas
          Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter larutan
contohnya : NaCl berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl
e.    Normalitas
          Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.
f.     Fraksi Mol
          Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu.
Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
X (terlarut) =n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (Pelarut) =n (pelarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.



e.    Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi
          Skala konsentrasi molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia (Karyadi, 2010).
          Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya (Karyadi, 2010).
          Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. (Jereme, 2001).
          Kimia volumetri yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti, kemudian di larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida.
          Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat :
·         Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.
·         Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
·         Zat yang digunakan mudah di keringkan.
·         Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak diketahui.
f.     Larutan Baku
          Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)     Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat. Contohnya : HCO . 2HO, Asam Benzoat (CHCOOH), NaCO, KCrO, AsO, KBrO, KIO, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer :
·           Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
·           Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
·           Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO, cahaya dan uap air
·           Mempunyai Mr yang tinggi
b)     Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Contoh larutan baku primer :
·           NaOH, HCO (as. oksalat), CHCOOH (as. benzoat), KHP
·           HCl, NaBO (nat. tetraborat), NaCO (nat. karbonat)
·           KMnO, HCO, AsO (arsen trioksida)
·           Iodium, AsO, NaSO.5HO baku (nat. tio sulfat)
·           Serium (IV) Sulfat,   As2O, serbuk Fe pa.
·           AgNO, NaCl, NHCNS
·           NaSO, KCrO, KBrO, KIO
§   EDTA, CaCO pa, Mg pa
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
          Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
          Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisisvolumetrik adalah sebagai berikut :
·         Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
·         Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
·         Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
·         Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan (Anwar Zinu, 2009).







B.   Uraian Bahan
1)    Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 96)
Nama Resmi          : AQUA DESTILLATA
Nama Lain             : Air Suling
RM / BM                  : H2O / 18,02
Kelarutan               : Larut dalam etahol gliser
Pemerian                : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Sebagai pelarut
2)    Asam Nitrat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 78)
Nama Resmi          : ACIDUM NITRAS
Nama Lain             : Asam Nitrat
RM / BM                  : HNO3 / 63
Kelarutan               : -
Pemerian                : Cairan berasap, jernih, tidak berwarna
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Sebagai pemberi suasana asam
3)    Asam Klorida  (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 53)
Nama Resmi          : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain             : Asam Klorida
RM / BM                  : HCl / 36,46
Kelarutan               : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.
Pemerian                : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsangn jika diencerkan asap dan bau hilang.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Zat tambahan.
4)    Asam Sulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 58 )
Nama Resmi          : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain             : Asam sulfat
RM / BM                  : H2SO4 / 98,07
Kelarutan               : Jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas
Pemerian                : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Zat tambahan
5)    Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 142)
Nama Resmi          : NATRII HYDROXDUM
Nama Lain             : Natrium Hidroksida
RM / BM                  : NaOH / 40,00
Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).
Pemerian                : Butiran, keras, rapuh, putih, meleleh, alkalis dan korosif.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Zat tambahan
6)    Asam Asetat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 650)
Nama Resmi          : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain             : Asam asetat
RM / BM                  : C2 H4 O2 / 60,05
Kelarutan               : Campur dengan air, etanol dan gliserol.
Pemerian                : Jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan              : zat tambahan
7)    Natrium Karbonat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 400)
Nama Resmi          : NATRII CARBONAS
Nama Lain             : Natrium Karbonat
RM / BM                  : Na2CO3 / 124,00
Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air dan air mendidih.
Pemerian                : Serbuk hablur putih.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Zat tambahan, keratolitik

8)    Natrium Tiosulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 428)
Nama Resmi          : NATRII THOSULFAS
Nama Lain             : Natrium Tiosulfat, hipo
RM / BM                  : Na2S2O3 / 248,17
Kelarutan               : Larut dalam air dan praktis tidak larut dalam etanol (95%).
Pemerian                : Hablur besar, kasar dan tidak berwarna.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Antidotum sianida.
9)    Ferri Nitrat (Farmakope Indonesia edisi IV, hal : 139)
Nama Resmi          : FELLOROSI NITRAT
Nama Lain             : Ferri Nitrat
RM / BM                  : Fe(NO3)3 / 242,00
Kelarutan               : -
Pemerian                : Serbuk putih keabu-abuan.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Sebagai pereaksi dan zat uji





BAB III
METODE KERJA
A.   Alat Dan Bahan
1.    Alat-alat :
a.    Botol Coklat 500 ml dan 1000 ml
b.    Corong gelas
c.    Erlenmeyer
d.    Gelas ukur 10 ml, 100 ml
e.    Gelas kimia 250 ml
f.     Labu ukur 500 ml, 1000 ml
g.    Pipet volume
h.    Pipet tetes
i.      Timbangan analitik
2.    Bahan-bahan :
a.    Aquadest
b.    Bahan Padat :
·         Ferri Nitrat
·         Natrium Hidroksida
·         Natrium Karbonat
·         Natrium Tiosulfat


c.    Bahan cair :
·         Asam Asetat
·         Asam Klorida
·         Asam Nitrat
·         Asam Sulfat
B.   Cara Kerja
1.    Disiapkan Alat dan bahan.
2.    Untuk pembuatan Natrium Hidroksida 0,1 M ditimbang sebanyak 2 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
3.    Untuk pembuatan Ferri Nitrat 0,1 M ditimbang sebanyak 12,1 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
4.    Untuk pembuatan Natrium Karbonat 0,1 M ditimbang sebanyak 5,3 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
5.    Untuk pembuatan Natrium Tiosulfatt 0,1 M ditimbang sebanyak 5,3 gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.
6.    Untuk pembuatan Asam Sulfat 0,1 M dipipet sebanyak 2,7 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri label.



BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A.   Tabel pengamatan
NO
LARUTAN
BAKU
VOLUME
LARUTAN
JUMLAH
GRAM (gr)
ml
1
NaOH 0,1 M
500 ml
2

2
Fe(NO3)3 0,1 M
500 ml
12,1

3
Na2CO3 0,1 M
500 ml
5,3

4
Na2S2O3 0,1 M
500 ml
7,9

5
HCl 0,1 M
500 ml

4,2
6
HNO3 0,1 M
500 ml

3,1
7
H2SO4 0,1 M
500 ml

2,7
8
CH3COOH 0,1 M
500 ml

2,9

B.   Reaksi-Reaksi
NaOH               → Na+          + OH -
Fe(NO3)3             → Fe3+         + NO3 -
Na2CO3                → Na+          + CO3 2-
Na2S2O3              → Na+          + S2O3 2-
HCl                   → H+                + Cl -
HNO3                     → H+                + NO3 -
H2SO4              → H+                + SO4 2-
CH3COOH       → H+                + CH3COO -

C.   Pembahasan
Pembuatan larutan baku baik dengan cara penimbangan maupun dengan cara pengukuran harus diketahui konsentrasinya bahan yang digunakan secara pasti agar tidak terjadi kesalahan. Pada penimbangan dilarutkan agar tidak terjadi kontaminasi oleh zat lain.
Adapun kesalahan-kesalahan yang serimh terdadi pada penimbangan larutan baku sebagai berikut :
1)      Kesalahan pada saat penimbangan atau pengukuran zat.
2)      Bahan yang digunakan sudah rusak.
3)      Air suling yang sudah terkontaminasi dengan zat lain.
Larutan terbagi atas 2 bagian yaitu Pelarut (solvent) dan zat tercampur (solute). Kelarutan terjadi karena gaya-gaya molekul dua gas tercampur dan saling berbanding serta masing-masing memiliki kelarutan. Untuk mendapatkan maasa zat padat yang akan kita cari apabila konsentrasinya, volume, BM, BE maka menggunakan rumus :
Sehingga Massa (g) = M. BM. V atau g= BE. V. M
        Untuk mendapatkan volume zat cair yang akan dicari dan apabila konsentrasinya, volume, BM, BE % kadar dapat digunakan rumus :

        Dan V1. M1 = V2. M2




BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil penelitian di laboratorium dapat disimpulkan :
·         Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
·         Larutan terdiri dari bahan padat dan cair.
Contoh :
Padat : NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3, Na2S2O3
Cair : HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH
B.   Saran
              Kami sebagai praktikan sangat mengharapkan bimbingan dan arahan dari pada para asisten dalam melakukan praktikan walaupun dalam menyusun laporan.




DAFTAR PUSTAKA
Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Yamasi : Makassar.
Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
E. G. Jereme.L. Rossenberg, 2001.Kimia Dasar.
Isfar Anshary, 2002. Kimia I. Penerbit : Srikandi, Surakarta.
Ralph.H.Petrucci, 2001. Kimia Dasar, Jilid 2.
Tim dosen, 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Indonesia Timur : Makassar.



LAMPIRAN
A.   Skema Kerja
1.    Bahan-bahan Padat [NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3, Na2S2O3]




2.    Bahan-bahan Cair [HCl, HNO3, H2SO4, CH3COOH]



B.   Perhitungan


1.            NaOH 0,1 M 500 ml
g  = M × BM × V
= 0,1 × 40 × 0,5
= 2 gr
2.            Fe(NO3)3 0,1 M 500 ml
     g = M × BM × V
= 0,1 × 242 × 0,5
= 12,1 gr
3.            Na2CO3 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 106 × 0,5
= 5,3 gr
4.            Na2S2O3 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 158 × 0,5
= 7,9 gr
5.    H2SO4 0,1 M 500 ml

      = 18,4 M
V1 × M1 = V2 ×  M2
V1 × 18.4 = 500 ×  0,1
V1                    =
                        = 2,7 ml
6.    HNO3 0,1 M 500 ml
        = 15,89 M
V1 × M1 = V2 ×  M2
V1 × 15,89 = 500 ×  0,1
V1       =
             = 3,1 ml

7.    HCl 0,1 M 500 ml
      = 11,96 M
V1 × M1     = V2 ×  M2
V1 × 11,96 = 500 ×  0,1
V1       =
             = 4,2 ml
8.    CH3COOH 0,1 M 500 ml
      = 17,4 M
V1 × M= V2 ×  M2
V1 × 17,4   = 500 ×  0,1
V1       =
             = 2,9 ml





Tidak ada komentar:

”"