BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada
disekitar kita. Suatu sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang
masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan,
sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran.
Larutan standar dalam titrasi memegang
peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui
konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan
akurat).
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini
sangat berperan penting dalam proses analisa volumetrik yang merupakan analisis
kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku
(standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara
zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif.
Dalam bidang farmasi, analisa volumetri
inilah yang digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena
dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih
mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu
perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
B.
Maksud Percobaan
Membuat Larutan
Baku dengan konsentrasi tertentu.
C.
Tujuan Percobaan
·
Untuk membuat
larutan baku dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi tertentu.
·
Untuk
membuat larutan baku dari zat cair dengan konsentrasi tertentu.
D.
Prinsip Percobaan
Penimbangan
dan pengukuran suatu zat untuk membuat suatu larutan dari zat tersebut dengan konsentrasi
sedemikian rupa sampai proses homogen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Umum
a. Definisi Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,
kecuali dinyatakan lain pelarut digunakan air suling (Farmakope Indonesia edisi
III).
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut (Zinu Anwar,2009).
Larutan adalah
campuran homogen dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul, atom-atom,
ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat
diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen penyusunnya
telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak
dapat diamati (Anshary Isfar, 2002).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan
zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan
gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar (Anshary Isfar, 2002).
b. Komponen Larutan
Ada dua komponen
yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan
dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Apabila
dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama. Dalam hal ini baik
alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut. (Karyadi Benny,
2010).
c. Jenis-Jenis Larutan
·
Gas dalam gas – seluruh campuran
gas
·
Gas dalam cairan – oksigen dalam
air
·
Cairan dalam cairan – alkohol
dalam air
·
Padatan dalam cairan – gula dalam
air
·
Gas dalam padatan – hidrogen
dalam paladium
·
Cairan dalam padatan – Hg dalam
perak
·
Padatan dalam padatan – alloys
d. Kosentrasi Larutan
Kosentrasi larutan
menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut
banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan
itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut
sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu
encer atau kosentrasinya sangat rendah.
Banyak cara untuk
memeriksa kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut
dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem
kosentrasi harus menyatakan butir-butir berikut (Petrucci, 2001) :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan.
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
Kosentrasi dapat
dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
a. Persen Volum
Persen volum
menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan, misalnya :
Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol
murni.
b. Persen Massa
Persen Massa
menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan contohnya : Sirup
merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.
c. Molaritas
Molaritas
menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut yang terkandung
dalam suatu larutan molaritas (M) tidak dapat di hitung dari kosentrasi molar
(M), kecuali jika rapatan (densitar) larutan itu diketahui.
d. Molalitas
Molaritas
menyatakan jumlah Mol zat terlarut setiap kilogram dalam 1 liter larutan
contohnya : NaCl
berarti 1 liter larutan terdapat 0,1 Mol NaCl
e. Normalitas
Normalitas suatu
larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung di dalam 1
liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan
dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen adalah fraksi
yang sama dari pada 1 mol.
f. Fraksi Mol
Fraksi mol suatu
dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n) komponen itu, dibagi
dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu.
Jumlah fraksi
seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
X
(terlarut) =n (terlarut)
n
(terlarut) + n (pelarut)
X
(Pelarut) =n (pelarut)
n
(terlarut) + n (pelarut)
Dalam persentase
fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.
e. Perbandingan antara berbagai skala konsentrasi
Skala konsentrasi
molar dan normalitas sangat bermanfaat untuk. Eksperimen volumetri dimana
kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala
normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dua larutan yang
diperlukan untuk bereaksi secara kimia (Karyadi, 2010).
Keterbatasan skala
normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai
normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Kosentrasi molar
larutan sebaliknya merupakan suatu bil tetap karena bobot molekul zat itu tidak
bergantung pada reaksi yang menggunakannya (Karyadi, 2010).
Skala fraksi mol
sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika
larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul
pelarut dan zat terlarut. (Jereme, 2001).
Kimia volumetri
yaitu pembuatan larutan baku. Zat murni di timbang dengan teliti, kemudian di
larutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan tepat. Dimana
normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu
natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida.
Zat-zat kimia yang
dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat :
·
Zat yang digunakan harus murni
dan mempunyai rumus molekul yang pasti.
·
Zat yang digunakan harus
mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
·
Zat yang digunakan mudah di
keringkan.
·
Stabil dimana larutan baku primer
dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak diketahui.
f. Larutan Baku
Larutan baku
(standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)
Baku primer adalah bahan dengan
kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk
membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil
penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat. Contohnya : H₂C₂O₄ . 2H₂O, Asam Benzoat (C₆H₅COOH), Na₂CO₃, K₂Cr₂O₇, As₂O₃, KBrO₃, KIO₃, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer :
·
Diketahui dengan pasti rumus
molekulnya
·
Mudah didapat dalam keadaan murni
dan mudah dimurnikan
·
Stabil, tidak mudah bereaksi
dengan CO₂, cahaya dan uap air
·
Mempunyai Mr yang tinggi
b)
Baku sekunder adalah bahan yang
telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil,
dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan
natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Contoh larutan baku primer :
·
NaOH, H₂C₂O₄ (as. oksalat), C₆H₅COOH (as. benzoat), KHP
·
HCl, Na₂B₄O₇ (nat. tetraborat), Na₂CO₃ (nat. karbonat)
·
KMnO₄, H₂C₂O₄, As₂O₃ (arsen trioksida)
·
Iodium, As₂O₃, Na₂S₂O₃.5H₂O baku (nat. tio sulfat)
·
Serium (IV) Sulfat, As2O₃, serbuk Fe pa.
·
AgNO₃, NaCl, NH₄CNS
·
Na₂S₂O₃, K₂Cr₂O₇, KBrO₃, KIO₃
§ EDTA, CaCO₃ pa, Mg pa
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik
akhir titrasi telah di capai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator
azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen
adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi
adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan
titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi
sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik
ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang
dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan
indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan
analisisvolumetrik adalah sebagai berikut :
·
Reaksinya harus berlangsung
sangat cepat.
·
Reaksinya harus sederhana serta
dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
·
Harus ada perubahan yang terlihat
pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
·
Harus ada indikator jika reaksi
tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat
pula digunakan (Anwar Zinu, 2009).
B.
Uraian Bahan
1) Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air
Suling
RM / BM : H2O
/ 18,02
Kelarutan : Larut
dalam etahol gliser
Pemerian : Cairan
jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai
pelarut
2) Asam Nitrat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 78)
Nama Resmi : ACIDUM
NITRAS
Nama Lain : Asam
Nitrat
RM / BM :
HNO3 / 63
Kelarutan : -
Pemerian : Cairan
berasap, jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai
pemberi suasana asam
3) Asam Klorida (Farmakope
Indonesia edisi III, hal : 53)
Nama Resmi : ACIDUM
HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam
Klorida
RM / BM :
HCl / 36,46
Kelarutan :
Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.
Pemerian : Cairan,
tidak berwarna, berasap, bau merangsangn jika diencerkan asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat
tambahan.
4) Asam Sulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 58 )
Nama Resmi : ACIDUM
SULFURICUM
Nama Lain : Asam
sulfat
RM / BM : H2SO4
/ 98,07
Kelarutan : Jika
ditambahkan kedalam air menimbulkan panas
Pemerian : Cairan
kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat
tambahan
5) Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 142)
Nama Resmi : NATRII
HYDROXDUM
Nama Lain :
Natrium Hidroksida
RM / BM :
NaOH / 40,00
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air dan etanol (95%).
Pemerian :
Butiran, keras, rapuh, putih, meleleh, alkalis dan korosif.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat
tambahan
6) Asam Asetat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 650)
Nama Resmi : ACIDUM
ACETICUM
Nama Lain : Asam
asetat
RM / BM : C2
H4 O2 / 60,05
Kelarutan : Campur
dengan air, etanol dan gliserol.
Pemerian : Jernih,
tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
Kegunaan : zat
tambahan
7) Natrium Karbonat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 400)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain :
Natrium Karbonat
RM / BM : Na2CO3
/ 124,00
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air dan air mendidih.
Pemerian : Serbuk
hablur putih.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat
tambahan, keratolitik
8) Natrium Tiosulfat (Farmakope Indonesia edisi III, hal : 428)
Nama Resmi : NATRII
THOSULFAS
Nama Lain :
Natrium Tiosulfat, hipo
RM / BM : Na2S2O3
/ 248,17
Kelarutan : Larut
dalam air dan praktis tidak larut dalam etanol (95%).
Pemerian : Hablur
besar, kasar dan tidak berwarna.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Antidotum sianida.
9) Ferri Nitrat (Farmakope Indonesia edisi IV, hal : 139)
Nama Resmi : FELLOROSI
NITRAT
Nama Lain : Ferri
Nitrat
RM / BM :
Fe(NO3)3 / 242,00
Kelarutan : -
Pemerian : Serbuk
putih keabu-abuan.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pereaksi dan zat uji
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat Dan Bahan
1. Alat-alat :
a. Botol Coklat 500 ml dan 1000 ml
b. Corong gelas
c. Erlenmeyer
d. Gelas ukur 10 ml, 100 ml
e. Gelas kimia 250 ml
f. Labu ukur 500 ml, 1000 ml
g. Pipet volume
h. Pipet tetes
i. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan :
a. Aquadest
b.
Bahan Padat :
·
Ferri Nitrat
·
Natrium Hidroksida
·
Natrium Karbonat
·
Natrium Tiosulfat
c.
Bahan cair :
·
Asam Asetat
·
Asam Klorida
·
Asam Nitrat
·
Asam Sulfat
B.
Cara Kerja
1. Disiapkan Alat dan bahan.
2. Untuk pembuatan Natrium Hidroksida 0,1 M ditimbang sebanyak 2 gram,
setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan
aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri
label.
3. Untuk pembuatan Ferri Nitrat 0,1 M ditimbang sebanyak 12,1 gram,
setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan
aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri
label.
4. Untuk pembuatan Natrium Karbonat 0,1 M ditimbang sebanyak 5,3
gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan
dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri
label.
5. Untuk pembuatan Natrium Tiosulfatt 0,1 M ditimbang sebanyak 5,3
gram, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan
dengan aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri
label.
6. Untuk pembuatan Asam Sulfat 0,1 M dipipet sebanyak 2,7 ml, setelah
itu dimasukkan ke dalam gelas kimia atau erlenmeyer dan larutkan dengan
aquadest. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan
dimasukkan sampai tanda batas, homogen dan masukkan kedalam botol dan beri
label.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A.
Tabel pengamatan
NO
|
LARUTAN
BAKU
|
VOLUME
LARUTAN
|
JUMLAH
|
|
GRAM (gr)
|
ml
|
|||
1
|
NaOH 0,1 M
|
500 ml
|
2
|
|
2
|
Fe(NO3)3 0,1 M
|
500 ml
|
12,1
|
|
3
|
Na2CO3 0,1 M
|
500 ml
|
5,3
|
|
4
|
Na2S2O3 0,1 M
|
500 ml
|
7,9
|
|
5
|
HCl 0,1 M
|
500 ml
|
4,2
|
|
6
|
HNO3 0,1 M
|
500 ml
|
3,1
|
|
7
|
H2SO4 0,1 M
|
500 ml
|
2,7
|
|
8
|
CH3COOH 0,1 M
|
500 ml
|
2,9
|
B.
Reaksi-Reaksi
NaOH → Na+
+ OH -
Fe(NO3)3 →
Fe3+ + NO3 -
Na2CO3 →
Na+ + CO3
2-
Na2S2O3 → Na+ +
S2O3 2-
HCl → H+
+ Cl -
HNO3 →
H+ + NO3 -
H2SO4 →
H+ + SO4 2-
CH3COOH → H+
+ CH3COO -
C.
Pembahasan
Pembuatan larutan baku baik dengan cara penimbangan maupun dengan
cara pengukuran harus diketahui konsentrasinya bahan yang digunakan secara
pasti agar tidak terjadi kesalahan. Pada penimbangan dilarutkan agar tidak
terjadi kontaminasi oleh zat lain.
Adapun kesalahan-kesalahan yang serimh terdadi pada penimbangan
larutan baku sebagai berikut :
1) Kesalahan pada saat penimbangan atau pengukuran zat.
2) Bahan yang digunakan sudah rusak.
3) Air suling yang sudah terkontaminasi dengan zat lain.
Larutan terbagi atas 2 bagian
yaitu Pelarut (solvent) dan zat tercampur (solute). Kelarutan terjadi karena
gaya-gaya molekul dua gas tercampur dan saling berbanding serta masing-masing
memiliki kelarutan. Untuk mendapatkan maasa zat padat yang akan kita cari
apabila konsentrasinya, volume, BM, BE maka menggunakan rumus :
Sehingga Massa (g) = M. BM. V atau g= BE. V. M
Untuk mendapatkan
volume zat cair yang akan dicari dan apabila konsentrasinya, volume, BM, BE %
kadar dapat digunakan rumus :
Dan V1. M1 = V2.
M2
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil penelitian di laboratorium
dapat disimpulkan :
·
Larutan baku adalah larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
·
Larutan terdiri dari bahan padat
dan cair.
Contoh :
Padat : NaOH, Fe(NO3)3
, Na2CO3, Na2S2O3
Cair : HCl, HNO3, H2SO4,
CH3COOH
B.
Saran
Kami sebagai
praktikan sangat mengharapkan bimbingan dan arahan dari pada para asisten dalam
melakukan praktikan walaupun dalam menyusun laporan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar Zinu, 2009. Penuntun Praktikum Kimia Sekolah Menengah
Kejuruan Farmasi Yamasi : Makassar.
Benny Karyadi, 2010. Kimia : Jakarta.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
E. G. Jereme.L. Rossenberg, 2001.Kimia Dasar.
Isfar Anshary, 2002. Kimia I. Penerbit : Srikandi, Surakarta.
Ralph.H.Petrucci, 2001. Kimia Dasar, Jilid 2.
Tim dosen, 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar.
Universitas Indonesia Timur : Makassar.
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Bahan-bahan Padat [NaOH, Fe(NO3)3 , Na2CO3,
Na2S2O3]
2. Bahan-bahan Cair [HCl, HNO3, H2SO4,
CH3COOH]
B. Perhitungan
1.
NaOH 0,1 M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 40 × 0,5
= 2 gr
2.
Fe(NO3)3 0,1
M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 242 × 0,5
= 12,1 gr
3.
Na2CO3 0,1
M 500 ml
g = M × BM × V
= 0,1 × 106 × 0,5
= 5,3 gr
4.
Na2S2O3
0,1 M 500 ml
g = M ×
BM × V
= 0,1 ×
158 × 0,5
= 7,9 gr
5. H2SO4 0,1 M 500 ml
= 18,4 M
V1 ×
M1 = V2 × M2
V1 ×
18.4 = 500 × 0,1
V1 =
= 2,7 ml
6. HNO3 0,1 M 500 ml
=
15,89 M
V1 ×
M1 = V2 × M2
V1 × 15,89 = 500 × 0,1
V1 =
= 3,1 ml
7. HCl 0,1 M 500 ml
= 11,96 M
V1 ×
M1 = V2 × M2
V1 ×
11,96 = 500 × 0,1
V1 =
= 4,2 ml
8. CH3COOH 0,1 M 500 ml
= 17,4 M
V1 ×
M1 = V2 × M2
V1 ×
17,4 = 500 × 0,1
V1 =
= 2,9 ml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar