Tarbiyah...
Satu
kata yang sekitar lima tahun yang lalu tak ku mengerti artinya. Sering
berjalannya waktu, banyak hal yang ku kecap manfaatnya. Darimu...
Tarbiyah...
Berawal
dari salah satu ocehan senior di sekolah yang ku banggakan. Dari sanalah, aku
bisa mengenal kata ini...
Dengan
cerewat dan pantang menyerahnya menyuruh kami para maba untuk berkunjung ke
mushollah,, akhirnya engan berat hati kamipun menurut. Duduk dengan wajah yang
masam, hati yang dongkol, umpatan dalam hati, “ andai kalian bukan senior, ku
tidak mau melakukannya”.
Sesosok
orang yang aneh “menurutku” masuk kedalam mushollah dan duduk tepat dihadapan
kami. Ku pandangi dia seluruhnya, taukah kalian kesan apa yang ku dapatkan ?
KELAM...
Bagaimana
tidak ? dari atas hingga bawah hanya terdapat 1 warna yaitu HITAM. Didukung
jilbabnya yang panjang hampir menutupi seluruh badannya, dan wajahnya yang
tertutupi membuat kesan sangat eksklusif.
“
Mau diapakan kami ? bukankah kami sekolah disini bukan untuk melalukan kegiatan
seperti ini ? hmmm... membosankan”, pikirku.
Tak
lama kemudian sang sosok tadi mulai membuka pembicaraan. Banyak hal yang dia
katakan, kuperhatikan diantara kami ada yang menyimaknya dan ada yang hanya
bermain-main tanpa memperhatikannya sedikitpun. Tapi, berdasarkan apa yang
kudengar dan kusimak, ada beberapa yang dapat ku simpulkan dan aku mulai
mengerti.
Kegiatan
yang sedang berlangsung ini dinamakan Tarbiyah dan bermajelis...
Sosok
yang sedari tadi sibuk berbicara didepan kami itu disebut Murabbiyah sedangkan
kami sendiri itu katanya dipanggil mutarabbiyah...
Aku
sendiri bingung,,, hati yang tadinya dongkol dan penuh umpatan, sedikit demi
sedikit tergantikan dengan rasa nyaman dan penuh penasaran... apakah mungkin
karena sosok tadi itu berkata dengan lemah lembut ? sehingga aku mulai simpati
padanya ? entahlah yang jelas rasa nyaman dan penasaran ini membawaku pada
pekan-pekan selanjutnya...
Banyak
hal-hal baru yang kuketahui tentang agamaku sendiri. Padahal secara background
keluarga, keluargaku temasuk religiouslah. Tapi sayang saat itu sholatku sangat
berantakan dan yang paling parah menurutku, Aku Tak tahu membaca Al-Quran...
Memalukan...
Tak
hanya sampai disitu, sosok-sosok yang lain yang notabene secara penampilan
hampir sama selalu datang setiap hari jumat untuk memberikan semacam ceramah
kepada seluruh siswa di sekolah...
Tak
terasa 6 bulan sejak pertama kali bertemu dengan murabbiyah kami dan seiring
itu pula selalu ku ikuti kegiatan ini. Satu hal yang terasa sangat berbeda...
Seingatku
saat pertama kali kami duduk bersama, lingkaran ini begitu besar sampai
setengah mushollah saat itu hanya dipenuhi oleh majelis kami...
Berbeda
dengan sekarang, kami hanya menempati mungkin sepedelapan bagian mushollah.
Kemana mereka semua ? saat naqibah kami memanggil mereka kembali satu persatu,,
begitu banyak alasan yang mereka lontarkan dengan satu tujuan mengatakan tidak
untuk kembali tarbiyah... “kenapa ? kenapa mereka tidak mau ? bukankah hal ini
menyenangkan ? “
Waktu
terus berlalu dengan segala kesibukan kami masing-masing...
Lingkaran
kami bertambah kecil yang bertahan hingga saat itu hanyalah orang-orang yang memutuskan untuk
bergabung dalam suatu amal jama’i yang sederhana, di sekolah kami rohis itu
dinamakan IKRAMSY (Ikatan Remaja Mushollah Yamasi). Bahkan dengan jumlah
sedikit ini, Allah kembali menguji kami dengan mengganti murabbiyah kami. Jujur
saja saat itu saya sudah tidak ingin tarbiyah karena orang yang telah membuat
saya jatuh cinta dengan tarbiyah telah meninggalkan kami, tapi suara dari
murabbiyah kami yang memberikan pengertian, naqibah kami yang selalu sabar dan
teman-temanku yang tetap memberikan semangat bak tiang-tiang yang setia.
Tak
hanya sampai disitu...
Seseorang
yang membuatku hasad dengan semangatnya mencari ilmu, pantang menyerah dan
sabarnya selalu mengajak kami untuk tarbiyah. Naqibahku. Meninggalkan kami
ditengah kepengurusan IKRAMSY dan tarbiyah, beliau memilih jalan lain untuk
mengecap manisnya surga... (Semoga engkau nyaman dan jangan lupakan kami ! kami
merindukanmu ukh !)...
Muharrikah
kami, orang yang tanpa lelah bahkan menyeret kami hanya untuk tarbiyah..(it’s
nice memories)... adalah orang pertama yang meninggalkan shaf perjuangan ini...
(walaupun saya tidak tahu bagaimana engkau disana ukhty...)
Waktu
terus bergulir meninggalkan banyak kenangan...
Tak
lama setelah dibimbing oleh murabbiyah kami, entah mengapa tiba-tiba saja kami
dibagi menjadi dua bagian. 5 diantara kami dipindahkan untuk melanjutkan
tarbiyah diluar sekolah dibimbing oleh murabbiyah kami yang baru.
Shock,
sedih tapi senang... kenapa senang ? ternyata murabbiyah yang akan membimbing
kami nanti adalah sosok akhwat yang saya kagumi selama ini. Caranya membawa
materi SIMPATI (siraman Penyejuk Hati)_kamat yang ada di SMK YAMASI, cara
beliau berbicara, berinteraksi dengan kami, ketegasannya... Saya ingin seperti
beliau...
Tapi,
disamping itu semua tetap saja saya sedih dan selalu bertanya-tanya. Kenapa
kami harus dipisah ? kenapa tidak semua saja yang ikut tarbiyah diluar ? dan
semua pertanyaan itu telah dijawab oleh murabbiyah kami kepada saya pribadi,
beliau dengan lemah lembut dan penuh pengertian memahamkan mengapa hal tersebut
harus terjadi.
Tadinya
memang sulit, tarbiyah diluar sekolah dan harus berpisah dari teman-teman yang
lain. Tetapi, ilmu telah sampai padaku dan pengaplikasiannyalah yang
dituntut...
Sang
waktu terus berputar dan menyiapkan sejuta kejutan yang lain...
Tanpa
terasa kami telah menjalaninya sekitar 1,5 tahun hingga beliau (murabbiyah
kami) walimah dan menjadi satu-satunya murabbiyah yang selama ini membimbing
kami yang telah walimah. Oleh karena murabbiyah kami yang walimah dengan
seorang Du’at (penda’wah) sehingga beliau dan suaminya harus memperjuangkan
da’wah didaerah. Hal ini yang membuat akhirnya kami harus pindah murabbiyah lagi.
Seiring
dengan kami harus pindah murabbiyah lagi. Secara akademik, alhamdulillah kami
telah lulus dengan baik dari SMK YAMASI. Sebagian dari kami memilih untuk
melanjutkan study di Universitas dan sebagian lagi memilih untuk berkerja. Ada
yang melanjutkan studynya ke Universitas Hasanuddin jurusan Kedokteran,
Universitas Islam Makassar jurusan Farmasi, dan Universitas Negeri Makassar
jurusan PGSD serta yang lainnya memilih untuk bekerja di Klinik Gigi Ukhuwah
dan Apotik Alfa Medika.
Perjuangan
kami dalam menuntut ilmu syar’i tidaklah sampai disitu, karena setelah
murabbiyah kami pindah ke daerah kami kembali dibimbing oleh akhwat yang tidak
asing lagi dipandangan-pandangan kami. Beliau adalah salah satu akhwat alumni
Forum Ukhuwah Muslimah Makassar (FUM Makassar) yang selama ini membawahi
Rohis-rohis sekolah termasuk sekolah kami dan lagipula sebentar lagi kamipun
menjadi bagian dari salah satu amal jami’i yang lebih kompleks dari Rohis kami
dulu yakni FUM Makassar.
Semakin
tinggi suatu pohon, maka semakin banyak angin yang menerpanya...
Begitupun
dengan liqo tarbiyah kami, karena kesibukan 2 orang akhwat dari kami sehingga
merekapun jarang datang tarbiyah dan kepengurusan di FUM juga ikut berantakan
meskipun begitu tidak dinafikkan kalau kami bertiga pun seperti itu. Entah atas
pertimbangan apa, murabbiyah kami merekomendasikan hanya kami bertiga yang ikut
ujian/ ikhtibar untuk naik ke tingkat Takwiniyah.
Setelah
ikut ikhtibar dan alhamdulillah lulus kemudian kami pun ikut daurah selama 4
hari. Daurah kali ini cukup menyulitkan dan menguras air mata untuk saya
pribadi karena harus bolos kerja dan terancam untuk dikeluarkan, tapi dengan
penguatan dari murabbiyah saya, saudariku fillah serta akhwat-akhwat bagian
kaderisasi LM DPD WI akhirnya saya bisa melewati daurah ini dengan sukses.
Seusai daurah akhirnya kami bertiga ditempatkan pada liqo Hafidzhat 13 dan
dibimbing oleh seorang ummahat.
Hari
berganti pekan, pekan berganti bulan...
Saya
pun memilih pilihan yang begitu sulit, untuk kuliah di Universitas Indonesia
Timur jurusan farmasi sambil tetap bekerja untuk bisa membayar uang kuliah...
Allah
kembali menguji kami, saudarikufillah.. koordinatorkufillah di FUM Makassar..
Ada apa dengannya ? Mengapa sekarang engkau jarang berkumpul dengan kami lagi
dalam majelis-majelis tarbiyah dan musyawarah kepengurusan ? tahukah engkau
ukhtyfillah, kami merindukanmu !!!
Tanpa
kabar yang pasti dan berita yang simpangsiur serta perhatian kami yang sedikit
untukmu. Engkau semakin samar dengan pasti, mundur dengan teratur.
MAAF...’AFWAN...
Hanya
kata itu yang bisa ku lontarkan sekarang untukmu karena diri dan jiwa ini juga
mulai lelah untuk melangkah... Urusan duniawi yang menggiurkan, akademik yang
menyita perhatian lebih dan rasa bosan lelah yang memuncak... Akhirnya saya dan
dirimu pun menghilang...
Sekarang
hanya tertinggal 1 akhwat yang dengan sabar tetap menatap kedepan... kami pun
minta maaf padamu ukhtyfillah... bukan maksud kami meninggalkanmu sendirian dan
kami yakin engkau tidak sendiri... karena Allah akan selalu bersama hambaNya
yang membutuhkan...
Ucapan
Syukran wa Jazakumullahu Khayr yang hanya bisa ku katakan padamu karena dengan
kesabaranmu dan rasa ukhuwah yang erat, engkau selalu mengingatkanku walaupun
hanya lewat pesan singkat yang entah mengapa lambat laun engkaupun mulai
meninggalkanku...
Sekarang
ku terpuruk, semakin berkubang dengan kemaksiatan. Syirik Mahabbah pada thagut
dari Korea itu semakin membuatku jauh dari-Mu... Alunan dzikir dan Kalam-Mu
yang dahulu selalu terngiang dan terputar sekarang tergantikan dengan alunan
memabukkan yang kemuar dari mulut-mulut hina mereka. Gambar-gambar yang dahulu
selalu terpampang dan ku baca untuk membuatku selalu mengingat-Mu kini
tergantikan dengan gambar-gambar orang-orang yang menyembah selain-Mu. Untuk
beberapa saat, aku menikmati keadaan itu. Tapi, hatiku...
Hatiku
mengatakan bukan ini yang ku inginkan, ini salah... maka ku coba untuk menengok
kembali shaf pejuang yang sempat ku tinggalkan, aku malu untuk kembali. Akankah
mereka menerimaku kembali ?
AKU TIDAK MAU TERGANTIKAN
AKU TIDAK MAU MENJADI BATA
YANG MENGHILANG
AKU INGIN MENGAMBIL PERAN
DALAM KEJAYAAN ISLAM
Sebenarnya
yang paling memalukan adalah...
Aku malu ada di bumi-Mu ya
Rabb...
Aku sempat membuat-Mu
tergantikan dihatiku...
Masih maukah Engkau menerimaku
ya Rabb...
Ampunilah hamba !!...
Tolong hamba ya Rabb...
Saudariku
tolong aku... Jangan lepaskan tanganku...
ALLAHU AKBAR...
Beberapa
hari kemudian, ada sebuah pesan singkat yang masuk ke handphoneku... yang
isinya menyatakan saya termasuk salah satu panitia Temu Remaja Sekolah (TERAS)
2013...
Ada
perasaan senang, sedih dan bangga bercampur aduk. Ternyata Allah masih
mempercayai saya untuk mengambil peran dalam da’wah Ilallah ini. Ternyata
mereka masih mengingat dan menginginkan saya. Terima kasih yaa Allah... Engkau
masih mengingat hamba, padahal hamba pernah sempat melupakan-Mu dan bermaksiat
menentang-Mu...
Sejak
saat itu, dengan semangat dan tekad akhirnya saya kembali mencari liqo tarbiyah
yang bisa memberi saya makanan yang selama rehat ini kosong diisi oleh
kemaksiatan. Cukup rumit untuk mencari, tapi berkat pertolongan Allah yang
tidak pernah meninggalkan hambaNya akhirnya saya mendapatkannya. Qanithat 1.
Itulah nama liqo baruku... Dibawah bimbingan Ummahat sebagai murabbiyahku yang
tidak kalah “keren” dari murabbiyahku yang sebelumnya... Allah telah
menakdirkan saya untuk menuntut ilmu disini dan saya pun berharap semoga saya
diistiqamahkan. Aamiin...
Alhamdulillah,,,
saya juga kembali mencoba menjadi salah satu batu bata untuk membangun kejayaan
Islam yang telah pasti...
Special dedicated :
Semua
murabbiyahku dari awal sampai hari ini, Akhwat yang tetap menggenggam erat
tanganku disaat ku terpuruk (‘Aisyah, Istiqamah, Uswah dan Tsabita Faqihah
Al-Khansa), Akhwat yang telah membantuku mendapatkan liqo tarbiyah dan semua
orang yang tetap mendukungku hingga saat ini.semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar