Senin, 11 Maret 2013

Di Antara Berjuta Cinta


Diriwayatkan dari Umar bin Khathtab radhiallahu 'anhu, ia berkata, “Rasulullah  Sallalahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah dan kebetulan aku sedang memiliki sejumlah harta. Aku berkata, ‘Hari ini aku akan mendahului Abu Bakar, aku ingin mendahuluinya walaupun sehari.’ Maka akupun datang dengan membawa separoh dari hartaku.  Lalu datanglah Abu Bakar dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah Sallallahu ‘alahi Wasallam bertanya kepadanya, ‘Apa yang Engkau tinggalkan untuk keluargamu?’ Ia menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya!!’ Aku (Umar) pun berkata, ‘Aku tidak akan mampu selamanya mendahului Abu Bakar!’” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Demikianlah keutamaan pada pribadi Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, dikarenakan kuatnya keyakinan dan kesempurnaan imannya menjadikan rasa cintanya kepada Allah Subhana Wata’ala yang tertinggi di antara berjuta cinta yang bahkan melebihi rasa cintanya kepada keluarga dan dirinya sendiri. Subhanallah… Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mampu menanggung bermacam cobaan, menjadikan mudah perkara yang sulit di jalan agama ini, menginfakkan hartanya, mempertaruhkan kedudukannya sembari mempersembahkan segala yang berharga maupun yang remeh di jalan Allah , sehingga dia dapat menyandang gelar “Ash-Shiddiq”.

Katakanlah, “jikalau bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah [9]: 24)
Dari sini kita dapat berkaca diri, bagaimanakah kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya? Apakah kita masih mementingkan yang lain dibandingkan melakukan amal-amal kebaikan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya? Ataukah kita menjumpai Allah hanya pada saat membutuhkan-Nya?


Maraji: Menelusuri Keutamaan Sedekah Disertai Kisah Mulia Pelaku Sedekah (Ali bin Muhammad Ad-dihami)


Tidak ada komentar:

”"